Friday, July 3, 2020

Peran IT atau Teknologi dan Informasi Dalam Pembelajaran BDR Daring

Peran IT Dalam Pembelajaran BDR Daring

Latar Belakang

SALAH satu akun facebook orang tua siswa menceritakan kelakuan anaknya di rumah. Akhir-akhir ini, sang anak saban hari bercerita pengalamannya ketika masih aktif belajar di sekolah. Dalam hitungan hari bahkan per jam dalam sepekan si anak hafal di ‘luar kepala’. “Kalau sudah jam 10 kami istirahat rame-rame makan di kantin. Kalau hari rabu kami terakhir pulang karena pelajaran IPS jam terakhir,” penggalan ungkapan anak.

Selain itu berbagai pertanyaan dari para orang tua dan siswa menanyakan kapan kegiatan pembelajaran di sekolah kembali diaktifkan. Mereka menganggap bahwa belajar melalui tatap muka dengan guru di sekolah lebih ‘memuaskan’ dibanding belajar di rumah via daring (dalam jaringan) ataupun luring (luar jaringan).

Hal tersebut cukup beralasan bila menengok survey terakhir yang dilakukan oleh UNICEF. Hasil survey menyebutkan bahwa 66 persen dari 60 juta siswa di berbagai jenjang pendidikan di 34 provinsi di Indonesia mengaku tidak nyaman belajar di rumah selama pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease-2019). Dari jumlah tersebut 87 persen siswa ingin segera kembali belajar di sekolah. Bila sekolah dibuka kembali, 88 persen siswa bersedia mengenakan masker di sekolah dan 90 persen mengatakan pentingnya jarak fisik jika mereka melanjutkan pembelajaran di kelas. (Tribunnews, Rabu, 24 Juni 2020).

 

Gambaran di atas adalah bagian dari kerinduan para peserta didik untuk kembali  ke sekolah. Namun, untuk saat ini Belajar Dari Rumah (BDR) merupakan pilihan yang harus ditempuh karena realitas Pandemi Covid-19 melanda dunia sejak akhir tahun 2019. Belajar di kelas dibawa bimbingan guru dan berkumpul dengan teman sementara tak bisa dilakukan. Sekolah menjadi salah satu sarana berkumpul dan berkerumun. Dikhawatirkan virus merebak dapat membahayakan keselamatan siswa dan guru.

Penerapan BDR

BDR mulai diberlakukan sejak pertengahan Maret 2020, bertepatan ketika seluruh aktivitas masyarakat ‘terpaksa’ berhenti. Saat itu aktivitas ke kantor, ke pasar, ke sekolah, ke rumah ibadah dan ke tempat-tempat rekreasi dihentikan. Intinya tidak dibolehkan berkumpul dan berkerumun. Satu-satunya yang dilakukan adalah berdiam diri di rumah dengan keluarga inti dan membatasi komunikasi dengan orang lain. “Bekerja dari rumah, beribadah dari rumah dan belajar dari rumah,” imbau Presiden RI Joko Widodo, Maret lalu.

Hampir empat bulan berlalu, saat ini new normal di masa Darurat Covid-19 telah diberlakukan. Seiring pula tahun ajaran 2020/2021 hanya 6% daerah di Indonesia berada di zona hijau yang bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka. Selebihnya masih menerapkan BDR yang menjadi solusi. Pembelajaran di sekolah dipindahkan ke rumah. Sekolah diliburkan bukan berarti kegiatan pembelajaran diliburkan. Praktis aktivitas pembelajaran hanya dilakukan di rumah dengan menggunakan fasilitas IT secara daring (e-lerning) dari berbagai aplikasi yang tersedia atau via kurir (luring).

Aplikasi e-learning yang bisa diakses untuk kegiatan BDR seperti RuangGuru, Rumah Belajar, Google Classroom, Edmodo, Quipper, Zenius, KelasKita, Brainly, Pahamify, Bimbel SMARRT, WhatsApp, Massenger dan aplikasi lainnya. Aplikasi-aplikasi tersebut menjadi wahana bagi siswa dan guru untuk proses pembelajaran daring menjalani pembatasan di masa Darurat Covid-19 saat ini.

Permasalahan

Permasalahan yang ditemukan dalam menerapkan BDR adalah:

1.Sumber Daya yang Dimiliki Guru

Penguasaan IT sebagian guru masih rendah sehingga menemui kendala ketika menerapkan BDR. Berbagai alasan sehingga masalah klasik ini sering muncul. Diantaranya enggan/ tidak termotivasi mengembangkan diri mengikuti perkembangan system pembelajaran kekinian. Masih betah dan nyaman dengan kebiasaan pembelajaran konvensional yang selama ini digeluti.

2. Keterbatasan Siswa

Permasalahan yang ditemukan pada siswa adalah tidak memiliki sarana seperti android atau laptop untuk mengakses internet. Selain itu dukungan biaya pulsa data untuk mengakses internet dari orang tua masih terbatas. Apalagi tekanan ekonomi di masa Darurat Covid-19 saat ini. Sehingga ada siswa tidak termotivasi mengikuti pembelajaran daring.

3.Akses Jaringan Internet Belum Merata

Akses internet di daerah-daerah tertentu juga menjadi permasalahan tersendiri bagi sekolah-sekolah yang menerapakan BDR daring. Jaringan internet yang belum merata menyebabkan siswa kesulitan mengikuti pembelajaran daring. BDR daring membutuhkan jaringan internet yang stabil agar tidak menemui kendala ketika proses pembelajaran berlangsung.

Kesimpulan dan Saran

  1. Peran IT menjadi salah satu aspek penting dalam pelayanan pendidikan. Guru tak boleh menutup mata terhadap perkembangan IT. Harus bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Proses pembelajaran yang tidak adaptif dengan era kekinian menjadi masalah tersendiri bagi kompetensi siswa. Diklat-diklat virtual yang dibuka berbagai lembaga diklat (LPMP) adalah solusi bagi teman-teman guru untuk dapat join meningkatkan kemampuan diri.
  2. Kerja sama dengan orang tua menjadi hal yang penting demi suksesnya pendidikan. Intensitas hubungan antara guru dengan orang tua tak boleh terputus. Intervensi biaya dari orang tua dan kerja sama dengan pihak sekolah dapat membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa. Pemerintah dapat mengintervensi melalui regulasi penggunaan dana BOS untuk kepentingan BDR daring.
  3. Bagi siswa di satuan pendidikan tertentu seperti PAUD dan SD, pembelajaran daring harus dalam bimbingan dan pengawasan orang tua dan guru. Karena anak-anak seusia itu masih terbatas penguasaannya terhadap piranti teknologi yang berbasis pembelajaran.
  4. Jaringan internet yang belum merata bahkan belum menjangkau daerah-daerah tertentu, disiasati dengan menerapkan program pembelajaran manual/ luring (luar jaringan). Guru memanfaatkan jasa kurir atau bahkan secara langsung mendatangi rumah siswa untuk melakukan pembelajaran tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
  5. Berbagai pihak, pemerintah, sekolah, orang tua dan masyarakat harus terlibat proaktif demi kepentingan perkembangan pendidikan di lingkungannya.

Penutup

Darurat Covid-19 yang menjadi realitas dunia saat ini memberi pelajaran berharga dan hikmah tersendiri bagi kita guru-guru. Peran teknologi (IT) sangat dibutuhkan di tengah perkembangan zaman. Semua telah tersedia. Tinggal bagaimana guru terpanggil belajar menggunakan dan menguasai. Belajar dengan siapa saja dan di mana saja. Bertanya dengan siswa sekalipun. Biasanya siswa memiliki daya serap yang cepat dan up date terhadap perkembangan IT. Sehingga tak jarang ditemukan siswa lebih memahami dan menguasai IT dibanding gurunya. Wallahulmustaan.

No comments:

Post a Comment